
Invalid Date
Dilihat 154 kali

SEJARAH
Kita mengenal hari Pahlawan Tanggal 10 November, karena tindakan Heroik Bung Tomo dan Para Pejuang Arek-arek Suroboyo melawan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang membonceng tentara Sekutu (Inggris) yang hendak kembali menduduki Indonesia dalam agresi militer Belanda II. Namun pernahkan kita bertanya, latar belakang dibalik perjuangan besar 10 November tersebut?
Beginilah kisahnya. Di Surabaya yang panas pada akhir Oktober 1945, para kiai berkumpul. Mereka terus berkomitmen bagi kemerdekaan bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan. Waktu itu Kiai Wahid Hasyim, anak dari Rais Akbar NU Kiai Haji Hasyim Asy'ari, adalah Menteri Agama Republik Indonesia sejak September 1945. KH Hasyim Asy'ari sendiri merupakan salah satu ulama besar dari pesantren yang berpengaruh sejak zaman kolonial Belanda hingga pendudukan Jepang pada 1942. Martin van Bruinessen dalam NU: Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru (1994) mencatat, pada tanggal 21 dan 22 Oktober 1945, wakil-wakil cabang NU di seluruh Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya dan menyatakan perjuangan kemerdekaan sebagai jihad (perang suci). Dalam pertemuan itu lahirlah Resolusi Jihad NU 22 Oktober yang menjadi dasar penetapan Hari Santri.
Resolusi Jihad punya dampak besar di Jawa Timur. Pada hari-hari berikutnya, ia menjadi pendorong keterlibatan santri dan jamaah NU untuk ikut serta dalam pertempuran 10 November 1945. KH Saifuddin Zuhri dalam Guruku Orang-orang dari Pesantren (2001) menjelaskan bahwa hampir bersamaan ketika terjadi perlawanan dahsyat dari laskar santri dan rakyat Indonesia di Surabaya pada 10 November 1945, rakyat Semarang mengadakan perlawanan yang sama ketika tentara Sekutu juga mendarat di ibu kota Jawa Tengah itu.
Berdasarkan kisah heroik diatas, ratusan santri di Pondok Pesantren Babussalam Desa Banjarejo, Malang tahun 2014 mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo untuk menetapkan Hari Santri pada Tanggal 22 Oktober. Atas usulan ratusan santri tersebut, akhirnya Presiden mengeluarkan Keppres Nomor 22 Tahun 2015 pada 15 Oktober 2015 merupakan supremasi perjuangan para santri dan ulama pesantren dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sejak saat itu, tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri.
MAKNA SANTRI
KH Mustofa Bisri (Gus Mus)
memberikan definisi tersendiri tentang makna seorang santri. Terapat enam
definisi yang disampaikan Gus Mus. "Santri adalah murid kiai yang dididik
dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat (yang tidak goyah imannya
oleh pergaulan, kepentingan, dan adanya perbedaan)," kata Gus Mus
melalui akun media sosialnya, Senin (22/10). Santri juga adalah kelompok
yang mencintai negaranya, sekaligus menghormati guru dan orang tuanya kendati
keduanya telah tiada. "Yang mencintai tanah airnya (tempat dia dilahirkan,
menghirup udaranya, dan bersujud di atasnya) dan menghargai
tradisi-budaya-nya. Yang menghormati guru dan orang tua hingga
tiada," lanjut Gus Mus. Seorang santri, lanjut Gus Mus adalah kelompok
orang yang memiliki kasih sayang pada sesama manusia dan pandai bersyukur.
"Yang menyayangi sesama hamba Allah; yang mencintai ilmu dan tidak pernah
berhenti belajar (minal mahdi ilãl lahdi); Yang menganggap agama sebagai
anugerah dan sebagai wasilah mendapat Ridha Tuhannya. Santri ialah hamba yang
bersyukur," kata Gus Mus.

Referensi:
https://www.nu.or.id/nasional/definisi-santri-menurut-gus-mus-dw7wM
https://www.nu.or.id/fragmen/hari-santri-dan-sejarah-resolusi-jihad-nu-22-oktober-Glm4y
Editor: Mas Endro
#PPID_NagariLunangSelatan
#HariSantriNasional2025
Bagikan:

Nagari Lunang Selatan
Kecamatan Lunang
Kabupaten Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat
© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia
Pengaduan
0
Kunjungan
Hari Ini